Penyedian bahan pakan ternak selama ini hanya berasal dari hijauan maupun limbah pertanian. Akan tetapi penyediaan pakan disaat massa pandemi peternak kesulitan dalam menyediakan pakan karena adanya pembatasan transportasi oleh pemerintah.
Kemudian peternak belum menguasai dalam menggunakan metode teknologi silase. Selama ini peternak hanya membuat pakan fermentasi dengan hasil yang kurang bagus (berjamur dan busuk).
Sehingga berdampak pada pemeliharaan ternak yang terpaksa harus dikurangi jumlah atau populasi ternaknya serta sebagian dijual dengan usia yang belum waktunya.
Desa bagorejo mempunyai perkebunan yang sangat luas dimana hasil dari limbah perkebunan dapat dijadikan sebagai pakan ternak akan tetapi peternak masih bingung untuk memanfaatkannya, hal ini karena limbah perkebunan mengandung serat kasar yang tinggi.
Untuk memanfaatkan limbah perkebunan yang mempunyai serat kasar yang tinggi akademis politeknik negeri jember dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan penambahan bahan aditif dalam pembuatan silase yaitu molases dan bakteri lactobacilus plantarum.
Penambahan bahan aditif adalah untuk membuat suasana asam pada silase, mempercepat proses ensilase, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jamur, merangsang produksi asam laktat dan untuk meningkatkan kandungan nutrien dari silase.
Molases sebagai media fermentasi digunakan sebagai sumber bahan makanan bagi bakteri selama proses fermentasi berlangsung. Lactobacillus plantarum merupakan bakteri asam laktat yang dapat membantu dalam memecah ikatan lignin selama proses fermentasi dalam pembuatan silase. Inilah yang dilakukan para dosen peternakan polije di desa bagorejo.
Pelatihan pengabdian masayarakat dari akademis politeknik negeri jember tersebut dilakukan oleh nur muhamad S.Pt., M.Sc, Maria ‘Azizah, S.P., M.Si. dan Angga Rahagiyanto, S.ST., M.T. Pelaksanaan pelatihan ini di bulan agustus hingga november dan diikuti oleh kelompok ternak ruminansia di desa bagorejo.
Pelatihan ini merupakan jawaban dari permasalahan peternak selama masa pandemi maupun di musim kemarau dalam penyediaan pakan.
Nur Muhamad menjelaskan, bahan pakan yang mempunyai serat kasar tinggi baik dari limbah perkebunan maupun dari limbah pertanian tetap dapat dijadikan sebagai pakan ternak dengan pengolahan fermentasi serat adanya penambahan bakteri lactobacilus plantarum.
Penggunaan bakteri lactobacilus plantarum juga cukup sederhana dengan mencampurkan sebanyak 4 % dari total bahan kering bahan dasar silase.
Maria azizah menambahkan dalam proses pengisian ke dalam silo, perlu dilakukan penekanan atau pemadatan sehingga pada saat silo divacum oksigen yang diantara bahan pakan benar-benar tidak ada lagi didalam drum. Silase yang sudah dibuat kemudian disimpan dalam waktu yang lama.
Kemudian untuk pemberian ke ternak pakan yang dipanen terlebih dahulu diangin-anginkan. Silase yang sudah dipanen tidak boleh disimpan atau dimasukan kedalam silo sehingga tidak terjadi fermentasi kedua.
Angga rahagiyanto mengungkapkan, selama pelatihan peternak terlihat antusias dalam proses pembuatan pakan. Apalagi proses penggunaan bakteri lactobacilus plantarum tidak terlalu sulit, sehingga untuk kedepan peternk tidak akan kesulitan lagi dalam penyediaan ternak.
Selain itu, disaat peternak mempunyai acara keluarga dengan waktu 1 minggu, peternak tidak harus memikirkannya, dan bisa meminta bantuan tetangga untuk memberikan pakan ternak yang hasil dari pembuatan silase.
Tim pengabdian berharap, peternak mampu mengolah limbah perkebunan yang mempunyai serat kasar tinggi menjadi pakan ternak yang selama ini kurang dimanafaatkan, sehingga tidak ada lagi yang namanya kekurangan pakan ternak baik dimassa pandemi maupun musim kemarau,"Pungkasnya.